Potensi panas bumi Propinsi NTT
Pendahuluan
NTT: Curah Hujan Rendah, Sumber DayAlam Melimpah
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6os7tun-ygg0fqNnfOee-URcFmMredjdTe59nxe6Z_hdU8_Vd2v26ywMqZyNWN0v-yFDNqPe5eQW7uXiEhGY7YRDpp9WQOvSRuocZHhuYWY-lzM2-bEbaf5u2asNV5oynQZa6luxn5oiL/s320/00-peta+ntt.gif)
2. Potensi panas bumi NTT
3.Daerah potensi
Pada pilihan pengembangan PLTP di daerah Flores, Nusa Tenggara Timur ini, patut kita angkat topi pada penentu kebijaksanaan di daerah ini, karena daerahnya dalam penyediaan panasbumi ini tidak perlu diragukan lagi baik secara tektonik, geologis maupun secara vulkanologis dalam kemalaran pasokan tenaga panas bumi itu.
Posisi daerahnya, sebagai konsekuensi dari daerah margin tektonik aktif dari tektonik lempeng Asia Tenggara yang berbenturan dengan tektonik lempeng Hindia-Australia.
Dengan daerah di atas zona penunjaman yang merupakan sumber energi dari arus konveksi akibat melting dari bibir tektonik lempeng samudera, yaitu tektonik lempeng Hindia-Australia yang menujam di bawah lempeng Asia Tenggara. Yang kemudian membentuk busur vulkanik yang biasa disebutkan pada ruas ini sebagai busur Banda (Banda Arc) yang sangat kaya akan gunung api aktif baik di bawah laut maupun di daratan.
Untuk Flores, itu ditunjukkan dari banyaknya ‘gunungapi’ (yang belakangan ini tidak lagi diklasifikasikan ke dalam gunung aktif, tidur dan padam itu) yang berderet arah Barat-Timur membelah pulau tersebut.
Di antaranya dari arah barat ke Timur dapat kita lihat di peta beberapa gunung api Gn. Beliling (1300m); Gn. Iya (1363m); Gn. Cucurumbeng (1750m); Gn. Ranakah (2400m); Gn. Nambu (1957m); Gn. Munde (1448m); Gn. Inerie (2245); Gn. Ambulombo; Gn Klambo (1361m); Gn. Wowonata (1200m); Gn. Egong (1703); Gn. Wengor (1560m); Gn. Lewero (1284m); Gn. Muna (1423m); Gn. Potomana (1763m) kedua yang terakhir ini berada di Pulau Alor.
Beberapa di antaranya pada tahun terakhir menunjukkan aktivitas dengan ‘batuk-batuk’ dan meletus serta lahirnya gunung baru di sekitar Gn. Ranakah, yang waktu kelahirannya dengan sederhana diberi nama sementara Gn. Anak Ranakah.
Pada titik-titik lokasi gunung tersebut secara fisis merupakan daerah potensi PLTP yang dapat dieksplorasikan guna memasok energi listrik daerah sekitarnya dalam menunjang program pemerintah dalam usaha listrik masuk desa.
4.Pasokan energi malar
Di dalam operasional dari PLTP di daerah Flores ini, kalau melihat posisi dari
pulau tersebut yang berada di bibir Laut Banda serta pada busur Banda yang terkenal aktif serta masih menjadi ajang penelitian para pakar geologi Eropa Barat itu, maka pasokan energi panasbumi itu akan dapat berjalan secara malar (kontinyu).
Di samping lokasinya yang langsung berada pada busur gunungapi dengan sederet gunungapi yang ada di sana seperti disebutkan di atas, dengan proses geologi yang masih berlangsung, dibuktikan oleh lahirnya gunungapi baru serta letusan beberapa gunungapi setempat, maka secara tidak langsung juga sebagian daerahnya merupakan daerah bersisian dengan gunungapi aktif yang bertebaran di dasar Laut Banda yang secara setia juga akan membantu memasok energi panasnya melewati kulit bumi di sana.
Dari segi kegempaan juga tidak disangsikan lagi, aktivitas kegempaan yang hampir setiap hari terjadi gempa di busur Banda ini secara tidak langsung akan memicu proses aliran energi panasbumi di daerah sekitarnya, termasuk Flores sehingga tidak akan henti-hentinya mengalir.
Curah hujan yang cukup sebagai persyaratan dalam pengeksplorasian energi panasbumi, rupanya tidak menjadi masalah di Flores ini. Karena dibandingkan dengan pulau-pulau di Nusa Tenggara tetangga daerah Flores, curah hujannya relatif lebih tinggi yang ditunjukkan dengan lebih hijau dan berhasilnya perkebunan di sini.
Jadi secara kondisional potensi panasbumi (geothermal) di daerah Flores sangat baik, penyebaran titik-titik panasbumi akan memudahkan pemerataan pengembangan PLTP serta mempercepat listrik masuk desa, dan kondisi lainnya pun seperti tektonik, geologi, curah hujan terlihat saling mendukung dalam kemalaran pasokan energinya.
Kalau saja PLTP di daerah Flores ini segera terwujud, maka tidak saja akan menjadikan semakin cepatnya listrik masuk desa, namun ada nilai tambah yang akan bisa dipetik bila kita kaitkan dengan komoditas perkebunan yang ada di sana , yaitu perkebunan kopi yang sudah terbukti merupakan komoditas ekspor nonmigas dan pariwisata saat ini. Pengusahaan kopi umumnya masih merupakan perkebunan rakyat.
Kualitas kopi yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh pengolahan pasca panen yang secara konvensional masih mengandalkan tenaga panas matahari serta digelar di jalanan. Hal ini telah dituding oleh para eksportir sebagai biang keladi dalam penurunan kualitas kopi yang dihasilkan. Dan tentu buntutnya akan memperkecil nilai jual kopi tersebut dengan muara kerugian tetap akan dipikul para petani.
Kehadiran listrik di sentra-sentra penghasil kopi dari pengembangan PLTP akan memberi peluang pada masyarakat petani kopi di sana untuk mengembangkan teknologi tepatguna dalam proses pasca panen hasil perkebunan mereka. Yang secara tidak langsung juga akan merangsang industri pembuatan alat pengolahan pasca panen hasil perkebunan kopi di sana selain akan meningkatkan kualitas hasil kopi. Sehingga banyak sektor akan berkembang dengan pengembangan PLTP di Flores.
Kalau melihat banyaknya titik-titik panas bumi yang dapat dikembangkan di Flores tersebut, kelihatannya sistem koperasi KUD ataukah jenis koperasi lainnya akan sangat cocok dikembangkan dalam operasional PLTP di sana. Sedangkan ketersendatan pengembangannya tidak akan salah lagi bila Departemen Koperasi ikut turun tangan memecahkannya. Apalagi sudah dinyatakan beberapa titik panas bumi di sana sudah laik dan prospektif untuk dieksplorasi.
Kehadiran PLTP di daerah Flores, Nusa Tenggara Timur, ini nantinya akan ikut memarakkan penganekaragaman sumber daya energi di tanah air di tengah kekhawatiran akan datangnya krisis energi akibat keterbatasan cadangan bahan bakar fosil serta langkah nyata dalam menyambut gayung imbauan penghematan pemakaian energi oleh pemerintah, lewat Departemen Pertambangan dan Energi, yang secara gencar digelar lewat media massa cetak maupun elektronik kita (bahkan memakai aktor terkenal Didi Petet segala).
Dengan demikian potensi tinggi dalam panas bumi di Flores yang akan segera dieksplorasi tersebut, dari sudut pandang percepatan pembangunan di IBT, akan merupakan rangkaian proses berantai yang memacu laju roda pembangunan di daerah tersebut (khususnya sekitar daerah prospektif) pada berbagai sektor yang tentunya masih terkait dengan penyediaan sumber daya listrik yang selama ini masih merupakan kendala yang belum terpecahkan.
Dan kalau ini lancar prosesnya,
maka tidak mustahil pulau Flores akan dilistriki oleh ‘buminya’nya sendiri sebagai pulau‘geothermal’.
yayayaya......
cukup sekian yooooo :D
semoga membantu :D
Posting Komentar