Find Us On Social Networks

Potensi panas bumi Propinsi NTT

Pendahuluan  

NTT: Curah Hujan Rendah, Sumber DayAlam Melimpah
  KUPANG. Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang selama ini identik dengan musim kemarau panjang dan curah hujan rendah ternyata memiliki potensi sumber daya alam sangat melimpah. Salah satu dari sumber daya alam tersebut adalah cadangan mineral yang meliputi logam mangan, chrome, nikel, tembaga, dan emas. Gubernur NTT Frans Lebu Raya mengungkapkan, selain potensi mangan yang cukup besar dan tersebar di seluruh kabupaten di pulau Timor, NTT juga menyimpan potensi emas di wilayah Flores. "Saat ini potensi emas di wilayah Flores sedang dieksplorasi", ujar Gubernur NTT usai acara penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) Pabrik Smelterdi provinsi NTT (5/8). Dari segi susunan batuannya, 40% dari propinsi NTT terdiri atas batuan Kompleks Bobonaro, yang selama ini dikenal memiliki kandungan mangan tinggi. Dari segi kualitas, logam mangan di propinsi NTT ini merupakan salah satu yang terbaik dan termasuk kualitas nomor satu di dunia. Cadangan mangan di NTT pada saat eksplorasi diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku industri logam di Indonesia dan pasar ekspor untuk puluhan maupun ratusan tahun ke depan . Selain itu, posisi propinsi NTT yang merupakan hasil dari tumbukan lempeng Hindia-Australia dan Eurasia, kaya akan potensi panasbumi serta berbagai jenis mineral lainnya seperti emas, perak, tembaga, dan berbagai mineral industri. Bila seluruh potensi mineral tersebut dapat dikelola dengan baik, diharapkan pertumbuhan sosial-ekonomi masyarakat NTT bisa menjadi salah satu propinsi maju di Indonesia Kekayaan alam propinsi NTT tidak hanya terbatas pada kekayaan mineral, namun juga pada sektor migas. "Saat ini salah satu perusahaan multinasional sedang melakukan survey seismik bersama BPMIGAS untuk mencari cadangan minyak di propinsi ini", ungkap Gubernur NTT Frans Lebu Raya.

2. Potensi panas bumi NTT 
Proyeksi akan terjadinya krisis energi di masa mendatang, rupanya telah mengilhami banyak negara untuk mengembangkan seluruh potensi sumber daya energi yang dimilikinya. Sehingga sandaran energi tidak tertumpu pada satu jenis sumber daya saja, yaitu sumber energi fosil berupa gas dan minyak bumi. Serta mengupayakan penganekaragaman sumber daya energi. Demikian juga yang dilakukan pemerintah Indonesia, sejak beberapa tahun terakhir ini telah giat mengkaji dan menerapkan sumber daya yang terpendam pada bumi pertiwi ini, walau sebenarnya negara ini termasuk penghasil bahan bakar minyak (BBM) dan gas yang andal dan selama ini termasuk salah satu anggota OPEC. Beberapa pilihan yang telah banyak terbukti efektif dilakukan pemerintah dengan penganekaragaman bahan bakar pada beberapa Pembangkit Listrik. Dari pemanfaatan sumber daya air, sumber daya batu bara, sumber daya surya sampai pada pemanfaatan sumber daya panasbumi atau geothermal. Serta penetapan pemerintah untuk segera membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Ujung Watu Muria, Jawa Tengah, mulai tahun anggaran 1996/97 mendatang. Dari penganekaragaman sumber daya tersebut, serta arah percepatan pembangunan di Indonesia yang diprioritaskan pada pembangunan Indonesia Bagian Timur (IBT) belakangan ini, maka ada terlihat hal yang sangat menarik pada usaha penganekaragaman tersebut bila dikaitkan dengan IBT yang sedang berbenah diri untuk mengejar ketertinggalannya dari laju pembangunan di Indonesia Bagian Barat (IBB). Dalam penganekaragaman sumber daya tersebut, khususnya sumber daya panasbumi untuk program Listrik Masuk Desa di IBT, penulis ingin mengajak pembaca untuk melirik sejenak kondisi sebuah pulau di IBT, yaitu pulau Flores yang merupakan salah satu pulau di tanah air yang sangat berpotensi dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP). Bahkan menurut Pemda setempat, dalam usaha realisasi pemanfaatan sumber panasbumi di sana untuk PLTP saat ini sudah pada tingkat menunggu penetapan pemenang tender pelaksanaan proyek ini yang konon sedang diproses di tingkat Pusat.

 3.Daerah potensi 

 Pada pilihan pengembangan PLTP di daerah Flores, Nusa Tenggara Timur ini, patut kita angkat topi pada penentu kebijaksanaan di daerah ini, karena daerahnya dalam penyediaan panasbumi ini tidak perlu diragukan lagi baik secara tektonik, geologis maupun secara vulkanologis dalam kemalaran pasokan tenaga panas bumi itu. Posisi daerahnya, sebagai konsekuensi dari daerah margin tektonik aktif dari tektonik lempeng Asia Tenggara yang berbenturan dengan tektonik lempeng Hindia-Australia. Dengan daerah di atas zona penunjaman yang merupakan sumber energi dari arus konveksi akibat melting dari bibir tektonik lempeng samudera, yaitu tektonik lempeng Hindia-Australia yang menujam di bawah lempeng Asia Tenggara. Yang kemudian membentuk busur vulkanik yang biasa disebutkan pada ruas ini sebagai busur Banda (Banda Arc) yang sangat kaya akan gunung api aktif baik di bawah laut maupun di daratan. Untuk Flores, itu ditunjukkan dari banyaknya ‘gunungapi’ (yang belakangan ini tidak lagi diklasifikasikan ke dalam gunung aktif, tidur dan padam itu) yang berderet arah Barat-Timur membelah pulau tersebut. Di antaranya dari arah barat ke Timur dapat kita lihat di peta beberapa gunung api Gn. Beliling (1300m); Gn. Iya (1363m); Gn. Cucurumbeng (1750m); Gn. Ranakah (2400m); Gn. Nambu (1957m); Gn. Munde (1448m); Gn. Inerie (2245); Gn. Ambulombo; Gn Klambo (1361m); Gn. Wowonata (1200m); Gn. Egong (1703); Gn. Wengor (1560m); Gn. Lewero (1284m); Gn. Muna (1423m); Gn. Potomana (1763m) kedua yang terakhir ini berada di Pulau Alor. Beberapa di antaranya pada tahun terakhir menunjukkan aktivitas dengan ‘batuk-batuk’ dan meletus serta lahirnya gunung baru di sekitar Gn. Ranakah, yang waktu kelahirannya dengan sederhana diberi nama sementara Gn. Anak Ranakah. Pada titik-titik lokasi gunung tersebut secara fisis merupakan daerah potensi PLTP yang dapat dieksplorasikan guna memasok energi listrik daerah sekitarnya dalam menunjang program pemerintah dalam usaha listrik masuk desa. 

 4.Pasokan energi malar 

 Di dalam operasional dari PLTP di daerah Flores ini, kalau melihat posisi dari 
pulau tersebut yang berada di bibir Laut Banda serta pada busur Banda yang terkenal aktif serta masih menjadi ajang penelitian para pakar geologi Eropa Barat itu, maka pasokan energi panasbumi itu akan dapat berjalan secara malar (kontinyu). Di samping lokasinya yang langsung berada pada busur gunungapi dengan sederet gunungapi yang ada di sana seperti disebutkan di atas, dengan proses geologi yang masih berlangsung, dibuktikan oleh lahirnya gunungapi baru serta letusan beberapa gunungapi setempat, maka secara tidak langsung juga sebagian daerahnya merupakan daerah bersisian dengan gunungapi aktif yang bertebaran di dasar Laut Banda yang secara setia juga akan membantu memasok energi panasnya melewati kulit bumi di sana. Dari segi kegempaan juga tidak disangsikan lagi, aktivitas kegempaan yang hampir setiap hari terjadi gempa di busur Banda ini secara tidak langsung akan memicu proses aliran energi panasbumi di daerah sekitarnya, termasuk Flores sehingga tidak akan henti-hentinya mengalir. Curah hujan yang cukup sebagai persyaratan dalam pengeksplorasian energi panasbumi, rupanya tidak menjadi masalah di Flores ini. Karena dibandingkan dengan pulau-pulau di Nusa Tenggara tetangga daerah Flores, curah hujannya relatif lebih tinggi yang ditunjukkan dengan lebih hijau dan berhasilnya perkebunan di sini. Jadi secara kondisional potensi panasbumi (geothermal) di daerah Flores sangat baik, penyebaran titik-titik panasbumi akan memudahkan pemerataan pengembangan PLTP serta mempercepat listrik masuk desa, dan kondisi lainnya pun seperti tektonik, geologi, curah hujan terlihat saling mendukung dalam kemalaran pasokan energinya. Kalau saja PLTP di daerah Flores ini segera terwujud, maka tidak saja akan menjadikan semakin cepatnya listrik masuk desa, namun ada nilai tambah yang akan bisa dipetik bila kita kaitkan dengan komoditas perkebunan yang ada di sana , yaitu perkebunan kopi yang sudah terbukti merupakan komoditas ekspor nonmigas dan pariwisata saat ini. Pengusahaan kopi umumnya masih merupakan perkebunan rakyat. Kualitas kopi yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh pengolahan pasca panen yang secara konvensional masih mengandalkan tenaga panas matahari serta digelar di jalanan. Hal ini telah dituding oleh para eksportir sebagai biang keladi dalam penurunan kualitas kopi yang dihasilkan. Dan tentu buntutnya akan memperkecil nilai jual kopi tersebut dengan muara kerugian tetap akan dipikul para petani. Kehadiran listrik di sentra-sentra penghasil kopi dari pengembangan PLTP akan memberi peluang pada masyarakat petani kopi di sana untuk mengembangkan teknologi tepatguna dalam proses pasca panen hasil perkebunan mereka. Yang secara tidak langsung juga akan merangsang industri pembuatan alat pengolahan pasca panen hasil perkebunan kopi di sana selain akan meningkatkan kualitas hasil kopi. Sehingga banyak sektor akan berkembang dengan pengembangan PLTP di Flores. Kalau melihat banyaknya titik-titik panas bumi yang dapat dikembangkan di Flores tersebut, kelihatannya sistem koperasi KUD ataukah jenis koperasi lainnya akan sangat cocok dikembangkan dalam operasional PLTP di sana. Sedangkan ketersendatan pengembangannya tidak akan salah lagi bila Departemen Koperasi ikut turun tangan memecahkannya. Apalagi sudah dinyatakan beberapa titik panas bumi di sana sudah laik dan prospektif untuk dieksplorasi. Kehadiran PLTP di daerah Flores, Nusa Tenggara Timur, ini nantinya akan ikut memarakkan penganekaragaman sumber daya energi di tanah air di tengah kekhawatiran akan datangnya krisis energi akibat keterbatasan cadangan bahan bakar fosil serta langkah nyata dalam menyambut gayung imbauan penghematan pemakaian energi oleh pemerintah, lewat Departemen Pertambangan dan Energi, yang secara gencar digelar lewat media massa cetak maupun elektronik kita (bahkan memakai aktor terkenal Didi Petet segala). Dengan demikian potensi tinggi dalam panas bumi di Flores yang akan segera dieksplorasi tersebut, dari sudut pandang percepatan pembangunan di IBT, akan merupakan rangkaian proses berantai yang memacu laju roda pembangunan di daerah tersebut (khususnya sekitar daerah prospektif) pada berbagai sektor yang tentunya masih terkait dengan penyediaan sumber daya listrik yang selama ini masih merupakan kendala yang belum terpecahkan. Dan kalau ini lancar prosesnya, maka tidak mustahil pulau Flores akan dilistriki oleh ‘buminya’nya sendiri sebagai pulau‘geothermal’.  

yayayaya...... 
cukup sekian yooooo :D
 semoga membantu :D

Related Product :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. anak desa suka online - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger